Jakarta Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang sangat istimewa dalam kalender Hijriyah. Bulan ini bukan hanya menandai awal tahun baru Islam, tetapi juga sarat dengan berbagai peristiwa bersejarah yang penting bagi umat Muslim. Salah satunya adalah kisah Nabi Nuh as, yang menghadapi ujian berat dalam keluarganya, sebuah fragmen kehidupan yang terjadi pada bulan Muharram.
Nabi Nuh as adalah salah satu nabi yang mengalami ujian berat dari keluarganya. Sebagai seorang nabi, beliau mendapatkan tantangan besar bukan hanya dari umatnya, tetapi juga dari keluarganya sendiri. Kisah Nabi Nuh as menunjukkan betapa pentingnya ketabahan dalam membina keluarga, meskipun dalam kondisi yang sangat sulit.
Menurut Ustaz Faried Saenong, dalam sebuah wawancara dengan Binda Umar, presenter radio 91,2FM Pro1 RRI Jakarta, Nabi Nuh as menghadapi pembangkangan dari istri dan anaknya. Ketika peristiwa banjir besar terjadi di bulan Muharram, beliau berusaha menyelamatkan keluarganya dengan mengajak mereka naik ke kapal. Namun, mereka menolak dan lebih memilih mengikuti keyakinan mereka sendiri, yang akhirnya membawa mereka pada kehancuran.
“Anaknya diajak naik ke kapal tapi tidak mau, mencari dengan keyakinannya sendiri. Kita bukan untuk berkata bahwa Nabi Nuh saja ada masalah, bagaimana kita manusia biasa. Bukan kemudian kita ingin bisa gagal atau mau gagal dalam membina keluarga, tetapi penggalan kisah itu ingin memberikan pelajaran kepada kita bahwa membina ketahanan keluarga itu ujiannya bertingkat-tingkat,” kata Ustaz Faried dalam siaran radio kajian subuh ‘Mutiara Pagi’ pada Senin (22/7/2024),
Kisah Nabi Nuh as mengajarkan kita bahwa membina ketahanan keluarga adalah sebuah ibadah yang memerlukan energi, vitalitas, kesabaran, dan ketabahan. Hal ini diakui oleh para ulama sebagai ibadah yang paling lama dilaksanakan dalam kehidupan manusia, dari sejak menikah hingga akhir hayat. Dalam proses ini, keluarga akan menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar.
Ustaz Faried juga menekankan bahwa setiap keluarga, bahkan keluarga nabi sekalipun, tidak terlepas dari masalah. “Tidak perlu menghindar dari ungkapan bahwa keluarga yang ideal itu adalah keluarga yang adem-adem saja. Keluarga itu penuh masalah, semua keluarga penuh masalah, bahkan nabi sekalipun,” katanya menambahkan.
Ketahanan keluarga bukan hanya tentang menghadapi masalah, tetapi juga tentang bagaimana kita menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Ustaz Faried sekali lagi mengingatkan bahwa ketabahan dan kesabaran yang dibutuhkan dalam mempertahankan keluarga adalah perjuangan yang terus-menerus. Ini mencakup berbagai aspek kehidupan keluarga, termasuk komunikasi yang baik antara suami dan istri, serta memahami karakter dan kebiasaan masing-masing.
“Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan memahami karakter masing-masing, caranya masing-masing, kebiasaannya, pola pikir, pola mentalitasnya. Semua ini perlu dipelajari dengan baik agar dalam model dan sistem komunikasi setiap harinya bisa diatur sedemikian rupa,” ujar Ustaz Faried menjelaskan.
Selain Nabi Nuh as, Ustaz Faried juga menyebutkan kisah Nabi Muhammad saw yang menghadapi tantangan dalam keluarganya. Meskipun Nabi Muhammad saw dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan penuh kasih, beliau juga menghadapi masalah dalam rumah tangganya. Misalnya, istri beliau, Aisyah ra, sering kali merasa cemburu atau ngambek.
“Dalam beberapa riwayat disebutkan kadang-kadang istri-istri beliau, termasuk Aisyah, sering ngambek juga. Artinya, setiap orang yang berkeluarga, suami atau istri, akan mengalami persoalan-persoalan yang dihadapi setiap hari. Nah, ketahanan dan ketabahan yang dibutuhkan itulah yang akan digunakan dalam mempertahankan keluarga,” ujar Ustaz Faried.
Ustaz Faried menekankan pentingnya doa dalam menjaga ketahanan keluarga. Doa bukan hanya untuk meminta perlindungan dan berkah bagi diri sendiri, tetapi juga bagi pasangan dan anak-anak. “Kita diminta dalam banyak kesempatan berdoa baik untuk orang tua kita, begitupun untuk anak-anak kita. Yang paling sering kita dengar adalah doa hablamin, Ya Allah jadikan pasangan-pasangan kami, anak-anak kami sebagai penyejuk mata kami,” ujarnya.
Ustaz Faried mengingatkan kita bahwa ketahanan keluarga adalah perjuangan yang panjang dan terus-menerus. “Ketahanan keluarga yang kuat, insya Allah, karena perintah Allah, akan membina dan mendidik keluarga dalam konteks ketaatan pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” katanya menutup kajiannya.
sumber: https://www.rri.co.id/wawancara/843907/kisah-ketabahan-keluarga-nabi-di-bulan-muharram